Selalu Jaga Amanat Ilmiah Kawan!!! Si Boy dari Semin | CORETAN KEHIDUPAN

Saturday, 3 January 2015

Si Boy dari Semin

6 Desember 2014

Sabtu pagi atau lebih tepatnya ketika jarum terpendek menunjuk angka 8 kami bersembilan berangkat dari sekre paguyuban ke SLB Darmaputra, Semin, Gunungkidul. Ini adalah kegiatan pertamaku setelah bergabung ke paguyuban penerima beasiswa KSE (Karya Salemba Empat), dan sebenarnya kegiatan ini lebih dikhususkan untuk mahasiswa yang memilih kegiatan pengabdian sebagai feedback atas beasiswa yang diterima

“Mas Fauzan dulu milih divisi apa?”
“He, divisi?”
“Iya pengabdian di Semin atau mengajar?”
“Nggak tau mbak, asal asik, saya ikut hehe.”

Ya begitulah, aku mungkin termasuk spesies mahasiswa kupu-kupu tingkat dewa, tapi bukan berarti aku terlalu apatis untuk hal-hal yang berbau softskill . Beruntung sistem paguyuban ini tidak mengadopsi kerangka organisasi (buktinya ga ada Ad/ART) yeay, terus bentuknya gimana? Ya semacam paguyuban atau realisasinya lebih mirip forum KKN IMHO lho ya :3

Perjalanan dari Sleman ke Semin membutuhkan waktu sekitar 2 jam, ditempuh dengan motor bebek. Karena ada sedikit insiden kecil, yaitu si leader menghilang entah kemana dan ternyata dengan tanpa dosa dia mengabari kami yang sedang panik dengan sms “Aku sudah sampai nih.”, yup kita sampai di lokasi sekitar jam 11 siang.

Lokasi SLB tidak terlalu menjorok ke pelosok, namun jika dilihat sekilas sekolah ini agak 'aneh', untuk ukuran sekolah di desa, SLB Darmaputra ini sangat keren, semua kelas full keramik, ada lahan praktek bertani, kandang praktek beternak, instalasi biogas, ada lapangan yang bisa digunakan untuk bermain basket, bakan sudah tersedia ring basketnya uga. Meski keren, lingkungan sekitarnya masih sawah-sawah dan kebun, tak jauh di belakangnya ada rumah warga. Nanti akan aku ceritakan sejarah sekolah ini dari nol, dari bagaimana ada seorang mahasiswi yang mengajar dari rumah ke rumah sampai akhirnya mahasiswi tersebut mendirikan sekolah itu dari nol.

Secara khusus kunjungan kami ke SLB adalah untuk memperbaiki instalasis biogas yang sebelumnya juga dibuat oleh pihak paguyuban (dengan bantuan para ahli tentunya).

Yang agak mengecewakan sih ternyata jam sekolah sudah selesai, padahal rencananya kita juga ingin ikut nimbrung di kelas. Kelas selesai bukan berarti sekolah sepi, SLB Darmaputra ini selain digunakan sebagai sekolah juga dimanfaatkan untuk menampung anak-anak yang (maaf) ditelantarkan keluarga karena kondisi disabilitasnya, nanti akan kuceritakan beberapa kisah dari mereka ini.

Ngeeeng... ciiiit!”

Seorang anak 5 tahunan berlari sambil memegang kayu bingkai foto seolah-olah dia sedang menyetir mobil, ia terlihat senang berlari menyusuri koridor kelas

Hey, kamu siapa?” kuhentikan langkahnya dan kuelus rambut tipis yang sepertinya belum pernah dibelai oleh orang tuanya. Aneh, anak ini samasekali tidak memperhatikanku. Kupikir aku kurang interaktif, kucoba lagi memanggilnya dan dengan sedikit memaksa kuambil bingkai kayu ditangannya

Hayu siapa dulu namanya.”

Anak laki-laki ini hanya diam saja mematung di depanku, akhirnya kukembalikan lagi kayu itu dan dia kembali berlarian.


Itulah pertama kalinya aku bertemu dengan SI Boy nama panggilan yang kuberikan untuk dik Zidan, seorang anak dengan autisme.

Main Skuter Sama Si Boy

Related Posts by Categories

0 comments: