Selalu Jaga Amanat Ilmiah Kawan!!! First Modus: Fiuuh... Uhuk | CORETAN KEHIDUPAN

Saturday, 3 January 2015

First Modus: Fiuuh... Uhuk

Kenakalan anak-anak ketika shalat itu tidak hanya sekedar perang sarung, injak-injakan kaki, colek-colekan yang berujung dorong-dorongan, mengganggu imam dengan suara-suara aneh. Yang lebih seru dari itu semua adalah bermain tempel kumbang (bahasa Jawanya wangwung).

Biasanya anak-anak kampung, akan berburu kumbang yang sebesar jempol kaki ini setelah shalat maghrib, lokasi yang paling sering kami sambangi adalah pertigaam lampu jalan dekat masjid. Tidak sulit untuk mencarinya, tapi cukup kita ambil satu, masukkan plastik, dan sembunyikan.

Anak-anak pembawa kumbang ini biasanya akan berdiri di shaf paling belakang. Selain karena dirasa akan lebih aman, posisi paling belakang juga memungkinkan bagi anak laki-laki untuk tebar pesona dan menjatuhkan kawannya di depan anak-anak cewek yang shalat di beranda masjid, tepat di belakang shaf terakhir jamaah laki-laki.

“Ri, Ri, mana cepetan.”

Ari sebagai pemegang kumbang pun beraksi ketika semua jamaah sedang sujud.

“Ah kampreeeet.”

Saat itulah aku percaya ungkapan musuh terbaik adalah teman baikmu sendiri. Ketika aku sujud terasa ada sesuatu yang bergerak di pantat. Allahuakbar... Pak Haji sudah berdiri, semua jamaah juga sudah berdiri, aku masih sujud tak berani bergerak karena sudah bisa dipastikan akan ada orang dibelakang sana yang akan tertawa. Allahuakbar... dengan sigap aku berdiri dan mengambil kumbang itu. Plok.

“Rasain”

Ari tampaknya belum menyadari ada sesuatu yang menempel di punggungnya.

***

Usai shalat isya, Pak Amin langsung memberikan petuah-petuah sebelum memberangkatkan pasukan takbir keliling untuk anak-anak

“Pokoknya, boleh bawa petasan.”
“Jos pak.” teriak Joko yang sudah siap dengan serenteng petasan cabe
“Tapi cuma dibawa, tidak boleh disumet.”

Anak-anak sibuk menyiapkan oncor yang sudah mereka buat pagi hari sebelumnya, aku dan Ari berniat tidak membawa oncor karena kami akan melakukan aksi 'ngerokok keren' saat takbir keliling. Kami sengaja berjalan di posisi paling belakang agar tidak terlalu menjadi pusat perhatian orang-orang di depan yang didominasi anak cewek dan mas-mas.

“Ini pasti keren Sak.”
“Jelas.”

Dalam hati sebenarnya malas banget ngerokok di tengah keramaian, salah-salah nanti ada yang ngelapor ke orang tua, padahal bapak sangat menentang anaknya menjadi perokok meskipun dia sendiri sebenarnya tidak bisa lepas dari rokok.

Fiuuh... Dodit sudah mengepulkan asap Mild-nya, kelihatannya ia tidak pernah ragu melakukan sesuatu padahal bapaknya termasuk orang yang ketat. Fiuh... uhuk... nah kalau yang ini aku dan Ari yang mengepulkan asap Sampoerna.

Beberapa anak cewek dari barisan depan memperhatikan kami

Lah, kenapa dibuang Sak.” protes Ari yang sepertinya sudah terbiasa dengan aroma rokok itu
Jatuh sendiri Ri.”

Ana, aku rasa kamu tidak menyukai anak laki-laki yang merokok apalagi ketika takbir keliling

Related Posts by Categories

0 comments: