“ Napasku nyaris tenggelam hanyut bersama rintihan
Jauh di kedalaman tak ada yang mendengar
Apalagi tuk kujadikan sandaran
Semuanya nampak samar
Dan pelangiku mulai memudar
Biarkan kisah ini jadi catatan di atas pualam
Biarkan saja semua berkelakar
Acuhkan saja bila pilu kembal datang
Sebab kini aku punya pelita yang berpijar
Yang lafadzkan keyakinan bahwa aku tak sendirian
Kau adalah sahabat satu tujuan
Saling merasakan sisa cahaya di pelukan
Kaulah jawaban dari Tuhan
Atas pintaku dalam sujud dan tulisan
Kau beri nyawa pada mimpi yang mati suri
Kau ajakku tersenyum menatap cirus yang berhembus
Langitku tak selamanya berkabung
Mendung pun tak selamanya merundung
Kini ada angin yang bersenandung
Petik dawai sang syukur yang agung
Bersamamu kubernyanyi diatas rakit takdir yang kita dayung
Hingga pelangi di ujung senja tak lagi berkabung”
“Alhamdulillah? Ucapku ketika membaca puisi darinya ini , senang rasanya melihatnya bisa kembali percaya diri untuk menulis. Dialah kiki(nama disamarkan) seorang gadis yang lebih tua satu tahun dariku, awal bagaimana aku bisa berkenalan dengan dia adalah sesuatu yang unik(menurutku).
Awalnya aku iseng mengetik keyword “aku dan glaucoma” di google kemudian muncul banyak laman-laman yang kebanyakan berisi informasi tentang penyakit glaucoma padahal yang sebenarnya aku cari adalah cerita seseorang yang mengalaminya, bagaimana ia menjalani kehidupannya dan tentu untuk saling berbagi jika memungkinka untuk berkenalan dengan si empunya tulisan
Setelah beberapa page google terbuka(lebih dari 5 page kalau ga salah) kutemukan blog sederhana dengan nama yang unik(aneh). Akhirnya kutemukan apa yang aku cari , di blog itu hanya ada satu postingan yang berisi cerita si penulis dengan glaucoma. Untunglah di blog tersebut ada badge facebook si pemilik blog jadi bisa aku cari lebih lanjut siapa penulisnya tanpa buang banyak waktu langsung aku add
Sekian lama FB belum terkonfirm(hampir 6 bulanan) , sebenarnya aku sudah lupa kalaupernah mengirim permintaan pertemanan tapi karena tak sengaja aku klik sebuah bookmark page di browser membuatku ingat dan kemudian iseng aku message via FB. Beruntung beberapa saat kemudian dia membalas dengan respon yang lebih dari yang kukira. Kaget, senang dan bersyukur itulah yang tergambar dari replynya, but why?
Ternyata dia memang sudah lama mencari teman yang dianggapnya mempunyai sesuatu yang sama(glaucoma) , “untung aku baca messagemu sampai bawah” katanya, soalnya dia jarang membalas message
Mulai saat itu kita saling berbagi cerita. Dari ceritanya memang ia lebih awal terindikasi mengidap glaukoma sehingga keadaannya pun juga sudah memburuk ditambah biaya obat yang mahal membuatnya jarang control ke dokter, padahal obat itu wajib digunakan setiap harinya untuk mengurangi rasa sakit(bukan untuk menyembuhkan)
“ya begitulah sekarang aja aku sudah sulit melihat” keluhnya
Semenjak Kiki tak bisa lagi melihat ia kemudian menjadi anak rumahan dan berhenti kuliah karena biaya juga yang semakin mempersulitnya. Sehari hari ia habiskan dirumah dan termenung di kamarnya. Mengenai tulisan yang aku baca di blognya itu adalah tulisan terakhir sebelum ia tak bisa melihat dengan sempurna (tulisannya bagus menurutku)
Kiki pandai merangkai puisi dan mengemas sebuah cerita yang seharusnya pembaca sedih membacanya justru lewat gaya bahasanya yang khas mampu mengemas cerita yang mellow menjadi renyah dan gurih untuk dibaca sehingga pembaca tidak bosan (sekarang tulisannya bisa diakses di kartunet.com)
Semula ia sangat minder dan pemalu untuk menulis, semua tulisannya tersimpan rapi di buku-bukunya tanpa banyak orang yang membaca kecuali dirinya saja. Kemudian aku punya ide untuk mempublish tulisannya di Fbku. Setelah berjuang mendapat persetujuan darinya karena ia benar-benar tipe yang sulit terbuka akhirnya diizinkan
Beberapa tulisannya aku buat notes dan tentu saja tulisannya kurapikan karena masih berantakan karena salah ketik, mungkin saat menulis ini kondisi matanya sudah memburuk pikirku. Setelah memaksa beberapa teman untuk membaca cerita Kiki tak disangka feedback berupa coment membanjiri notesku banyak yang berkomentar positif bahkan ada yang sampai ingin menjadi teman Fbnya si kiki
“Nah sekarang gimana? Sudah kubilang tulisanmu keren” tanyaku
“Nggak, aku malu” tukasnya
Tak lupa aku tag seseorang yang akan membuatnya tak bisa mengelak pertanyaanku tadi, ia adalah Dimas Prasetyo(salah satu pendiri kartunet.com). Mas Dimas ini pun mengiyakan pernyataanku hehe trik ini ampuh sekali karena setelah itu Kiki menjadi semangat menulis cerita dan puisi yang sebelumnya ia simpan sendiri
Ada satu puisi yang membuatku tertunduk, puisi yang menggambarkan betapa laranya hati jika terus hidup dalam gelap tanpa teman dan menghabiskan sisa hidup di kubikel tembok kamar rasanya kerinduan akan sinar matahari begitu membuncah.
“kamu ga coba ke yayasan? Mitra netra atau sahabat mata gitu?” tanyaku
“nggak, nggak ada biaya lagian orang tua tidak mengizinkan” jawabnya
Kawan, jangan salah kita berkomunikasi via telepon karena Kiki tidak bisa membaca text sms kalau pun sms pasti minta dibacakan adik atau ibunya karena menurutku terlalu bahaya jika berbicara langsung(saat itu sudah sedikit mengenal Islam hehe) lantas kuberitahu untuk memakai teks reader di Hp, walaupun sulit menjelaskannya tapi akhirnya ia berhasil menggunakannya
Kemudian kukontak Mas Dimas yang dulu juga di mitra netra untuk menghandle Kiki agar bisa belajar disana. Karena tempatnya mas Dimas tak jauh dari UI (ia juga lulusan UI) beruntung ada Mega temanku yang kuliah disitu maka kukenalkan Mega dengan Mas Dimas, setelah mereka saling kenal kemudian aku kenalkan dengan Kiki untuk membantunya
“kalau mau ke mitra netra(di jakarta) di sana sudah ada mas Dimas dan temanku yang siap membantu segala sesuatunya” saranku
Setelah itu dikarenakan terlalu berbahaya jika masih berkomunikasi akhirnya kami jarang kontak
“ingat bro bukan mahram” kata temanku mengingatkan, memang sebaik apapun niat kita kalau caranya salah ya sama aja
Setelah menginjakkan kaki di Jogja aku sudah benar-benar me-lost kontakan, semoga dia baik-baik saja
Satu semester berlalu...............
Sampai saat ini tulisannya masih menghiasi kartunet.com
“sudah kau temukan tempatmu ki, disini kamu bisa berkarya” gumamku, sepertinya ia sudah mahir menggunakan jaws(program teks readerI komputer ”dan sepertinya mas Dimas menepati janjinya”
Dinding pengurung itu telah roboh, sekarang sinar pelangi senja tak segan menyapamu
Inilah salah satu puisinya yang pernah ku request
PELANGI DI UJUNG SENJA
Kelak waktu pasti kan tiba
Membawa dua kemungkinan ditangannya
Entah suka atau duka yang akan kuterima
Aku tak bisa menerka meski dalam tanya
Bukan tak bisa
Tapi ku takut duka yang kan terbaca
Suka atau duka kah yang akan terasa?
Tak ada yang bisa menjawabnya
Yang jelas, gelaplah yang nyata disana
Cahaya tak lagi berkata meski fajar menyapa
Tak apa kawan
Memang beginilah adanya
Menggugat pun pada siapa?
Terisak pun tak ada guna
Marah pun tak akan mengubah segalanya
Karena ku yakin inilah yang terindah dari-Nya
Bukankah Tuhan menciptakan semua tanpa sia-sia?
Tak perlu takut dengan duka
Karena suka kan temaniku warnai dunia
Meski senja telah tiba