Selalu Jaga Amanat Ilmiah Kawan!!! January 2012 | CORETAN KEHIDUPAN

Friday 20 January 2012

PELANGI DI UJUNG SENJA

“ Napasku nyaris tenggelam hanyut bersama rintihan

Jauh di kedalaman tak ada yang mendengar

Apalagi tuk kujadikan sandaran

Semuanya nampak samar

Dan pelangiku mulai memudar

Biarkan kisah ini jadi catatan di atas pualam

Biarkan saja semua berkelakar

Acuhkan saja bila pilu kembal datang

Sebab kini aku punya pelita yang berpijar

Yang lafadzkan keyakinan bahwa aku tak sendirian

Kau adalah sahabat satu tujuan

Saling merasakan sisa cahaya di pelukan

Kaulah jawaban dari Tuhan

Atas pintaku dalam sujud dan tulisan

Kau beri nyawa pada mimpi yang mati suri

Kau ajakku tersenyum menatap cirus yang berhembus

Langitku tak selamanya berkabung

Mendung pun tak selamanya merundung

Kini ada angin yang bersenandung

Petik dawai sang syukur yang agung

Bersamamu kubernyanyi diatas rakit takdir yang kita dayung

Hingga pelangi di ujung senja tak lagi berkabung”

“Alhamdulillah? Ucapku ketika membaca puisi darinya ini , senang rasanya melihatnya bisa kembali percaya diri untuk menulis. Dialah kiki(nama disamarkan) seorang gadis yang lebih tua satu tahun dariku, awal bagaimana aku bisa berkenalan dengan dia adalah sesuatu yang unik(menurutku).

Awalnya aku iseng mengetik keyword “aku dan glaucoma” di google kemudian muncul banyak laman-laman yang kebanyakan berisi informasi tentang penyakit glaucoma padahal yang sebenarnya aku cari adalah cerita seseorang yang mengalaminya, bagaimana ia menjalani kehidupannya dan tentu untuk saling berbagi jika memungkinka untuk berkenalan dengan si empunya tulisan

Setelah beberapa page google terbuka(lebih dari 5 page kalau ga salah) kutemukan blog sederhana dengan nama yang unik(aneh). Akhirnya kutemukan apa yang aku cari , di blog itu hanya ada satu postingan yang berisi cerita si penulis dengan glaucoma. Untunglah di blog tersebut ada badge facebook si pemilik blog jadi bisa aku cari lebih lanjut siapa penulisnya tanpa buang banyak waktu langsung aku add

Sekian lama FB belum terkonfirm(hampir 6 bulanan) , sebenarnya aku sudah lupa kalaupernah mengirim permintaan pertemanan tapi karena tak sengaja aku klik sebuah bookmark page di browser membuatku ingat dan kemudian iseng aku message via FB. Beruntung beberapa saat kemudian dia membalas dengan respon yang lebih dari yang kukira. Kaget, senang dan bersyukur itulah yang tergambar dari replynya, but why?

Ternyata dia memang sudah lama mencari teman yang dianggapnya mempunyai sesuatu yang sama(glaucoma) , “untung aku baca messagemu sampai bawah” katanya, soalnya dia jarang membalas message

Mulai saat itu kita saling berbagi cerita. Dari ceritanya memang ia lebih awal terindikasi mengidap glaukoma sehingga keadaannya pun juga sudah memburuk ditambah biaya obat yang mahal membuatnya jarang control ke dokter, padahal obat itu wajib digunakan setiap harinya untuk mengurangi rasa sakit(bukan untuk menyembuhkan)

“ya begitulah sekarang aja aku sudah sulit melihat” keluhnya

Semenjak Kiki tak bisa lagi melihat ia kemudian menjadi anak rumahan dan berhenti kuliah karena biaya juga yang semakin mempersulitnya. Sehari hari ia habiskan dirumah dan termenung di kamarnya. Mengenai tulisan yang aku baca di blognya itu adalah tulisan terakhir sebelum ia tak bisa melihat dengan sempurna (tulisannya bagus menurutku)

Kiki pandai merangkai puisi dan mengemas sebuah cerita yang seharusnya pembaca sedih membacanya justru lewat gaya bahasanya yang khas mampu mengemas cerita yang mellow menjadi renyah dan gurih untuk dibaca sehingga pembaca tidak bosan (sekarang tulisannya bisa diakses di kartunet.com)

Semula ia sangat minder dan pemalu untuk menulis, semua tulisannya tersimpan rapi di buku-bukunya tanpa banyak orang yang membaca kecuali dirinya saja. Kemudian aku punya ide untuk mempublish tulisannya di Fbku. Setelah berjuang mendapat persetujuan darinya karena ia benar-benar tipe yang sulit terbuka akhirnya diizinkan

Beberapa tulisannya aku buat notes dan tentu saja tulisannya kurapikan karena masih berantakan karena salah ketik, mungkin saat menulis ini kondisi matanya sudah memburuk pikirku. Setelah memaksa beberapa teman untuk membaca cerita Kiki tak disangka feedback berupa coment membanjiri notesku banyak yang berkomentar positif bahkan ada yang sampai ingin menjadi teman Fbnya si kiki

“Nah sekarang gimana? Sudah kubilang tulisanmu keren” tanyaku

“Nggak, aku malu” tukasnya

Tak lupa aku tag seseorang yang akan membuatnya tak bisa mengelak pertanyaanku tadi, ia adalah Dimas Prasetyo(salah satu pendiri kartunet.com). Mas Dimas ini pun mengiyakan pernyataanku hehe trik ini ampuh sekali karena setelah itu Kiki menjadi semangat menulis cerita dan puisi yang sebelumnya ia simpan sendiri

Ada satu puisi yang membuatku tertunduk, puisi yang menggambarkan betapa laranya hati jika terus hidup dalam gelap tanpa teman dan menghabiskan sisa hidup di kubikel tembok kamar rasanya kerinduan akan sinar matahari begitu membuncah.

“kamu ga coba ke yayasan? Mitra netra atau sahabat mata gitu?” tanyaku

“nggak, nggak ada biaya lagian orang tua tidak mengizinkan” jawabnya

Kawan, jangan salah kita berkomunikasi via telepon karena Kiki tidak bisa membaca text sms kalau pun sms pasti minta dibacakan adik atau ibunya karena menurutku terlalu bahaya jika berbicara langsung(saat itu sudah sedikit mengenal Islam hehe) lantas kuberitahu untuk memakai teks reader di Hp, walaupun sulit menjelaskannya tapi akhirnya ia berhasil menggunakannya

Kemudian kukontak Mas Dimas yang dulu juga di mitra netra untuk menghandle Kiki agar bisa belajar disana. Karena tempatnya mas Dimas tak jauh dari UI (ia juga lulusan UI) beruntung ada Mega temanku yang kuliah disitu maka kukenalkan Mega dengan Mas Dimas, setelah mereka saling kenal kemudian aku kenalkan dengan Kiki untuk membantunya

“kalau mau ke mitra netra(di jakarta) di sana sudah ada mas Dimas dan temanku yang siap membantu segala sesuatunya” saranku

Setelah itu dikarenakan terlalu berbahaya jika masih berkomunikasi akhirnya kami jarang kontak

“ingat bro bukan mahram” kata temanku mengingatkan, memang sebaik apapun niat kita kalau caranya salah ya sama aja

Setelah menginjakkan kaki di Jogja aku sudah benar-benar me-lost kontakan, semoga dia baik-baik saja

Satu semester berlalu...............

Sampai saat ini tulisannya masih menghiasi kartunet.com

“sudah kau temukan tempatmu ki, disini kamu bisa berkarya” gumamku, sepertinya ia sudah mahir menggunakan jaws(program teks readerI komputer ”dan sepertinya mas Dimas menepati janjinya”

Dinding pengurung itu telah roboh, sekarang sinar pelangi senja tak segan menyapamu

Inilah salah satu puisinya yang pernah ku request

PELANGI DI UJUNG SENJA

Kelak waktu pasti kan tiba

Membawa dua kemungkinan ditangannya

Entah suka atau duka yang akan kuterima

Aku tak bisa menerka meski dalam tanya

Bukan tak bisa

Tapi ku takut duka yang kan terbaca

Suka atau duka kah yang akan terasa?

Tak ada yang bisa menjawabnya

Yang jelas, gelaplah yang nyata disana

Cahaya tak lagi berkata meski fajar menyapa

Tak apa kawan

Memang beginilah adanya

Menggugat pun pada siapa?

Terisak pun tak ada guna

Marah pun tak akan mengubah segalanya

Karena ku yakin inilah yang terindah dari-Nya

Bukankah Tuhan menciptakan semua tanpa sia-sia?

Tak perlu takut dengan duka

Karena suka kan temaniku warnai dunia

Meski senja telah tiba

Sunday 15 January 2012

Kecil-Kecil Cabe Rawit


Hujan sore ini menemaniku dan Iksan ke masjid Al Hasanah(utara mirota kampus) untuk menemui Pak Jendra yang akan membimbing kita menjadi reporter radiomuslim. Sampai di studio radiomuslim (satu kompleks dengan masjid Al Hasanah) kita sudah disambut Mas Azhar dengan senyum khasnya “yuk masuk?”

Di studio yang tidak terlalu besar tapi sangat nyaman ini hanya ada Mas Azhar yang sedang sibuk merakit komponen kabel yang tak Aku tak tahu untuk apa. Sambil menunggu Pak Jendra iseng aja aku utak atik komputer utama(untuk mengolah input dan output suara) hehe ternyata asik juga nih jadi penyiar

tak lama kemudian ada suara anak kecil “Assalamu'alaykum” sapa anak itu yang kemudian langsung menyalami kami semua masyaAllah anak siapa ini, dari belakang Pak Rajendra muncul barulah kuketahui kalau anak itu anaknya Pak Jendra

Dialah Ghozali, sambil mendengar sedikit tutorial dari Pak Jendra kulihat Ghozali sedang sibuk menggambar di kertas, semula Aku menganggapnya hanya seperti kebanyakan anak kelas 4 SD yang senang bermain dan nonton Naruto

“antum siapa mas?” tanya Ghozali

“Fauzan”

Wew keren juga nih bahasanya, mulai deh ciri khas anak unik ini muncul. Kemudian dengan sigap dia mengutak atik laptop di meja siar, ternyata Ghozali ini selalu menjadi Asisten Ayahnya saat ada tugas lapangan(reporter) rincinya dia itu sebagai teknisi yang membantu Ayahnya untuk masalah komputerisasi dan membantu di unit angkat-angkat barang

“bawa itu semuanya?” perintah Pak Jendra


Selesai tutorial, kita langsung berangkat ke masjid Nurul Jariyah dengan menggunakan mobilnya Pak Jendra, tapi ternyata kita ke Ihya untuk menjemput Ust Afifi, Aku dan Iksan tak menyianiakan kesempatan ke Ihya ini hehe dengan semangat shoping yang menggebu gebu kita memilih milih baju muslim dan celana non isbal yang bagus-bagus tapi sayangnya harga tidak bersahabat dengan anak kost yang tiap pagi makan di pokwe karena tidak mau kecewa akhirnya kita membeli kopiah saja

Dari Ihya kita menuju Nurul Jariyah daerah Jambulsari. Di perjalanan Aku, Iksan dan Ghozali bersenda gurau

“kamu besok mau sekolah dimana?” kataku

“di Madinah” jawabnya semangat

Aku benar-benar heran, ia anak hanya anak kelas 4 SD biasa tapi entah kenapa di pikiranku ia enak diajak ngobrol untuk masalah yang sebenarnya bukan konsumsi anak seumuran dia. Jangan tanya ke dia deh siapa saja ustadz-ustadz yang sudah berkecimpung di dunia dakwah manhaj salaf ini dari yang di Jogja samapi yang di Jakarta dia Tahu dan aku yakin pasti dia juga mengetahui beberapa ulama masyhur di jazirah Arab sana

Lihatlah kawan diaat anak yang lain mengetahui tokoh tokoh jagoan di film kartun si Ghozali ini sudah mengenal dunia dakwah yang cukup bahkan sangat luas untuk ukuran anak seusianya. Apa yang ia bicarakan di sepanjang jalan seperti arah jalan dan tempat-tempat tertentu ia hafal betul


Sampai di Nurul Jariyah kami langsung menyiapkan semua peralatan, dengan sigap Ghozali beraksi di depan laptop layaknya tukang servis. Ternyata ada masalah yang sangat fatal yaitu kita lupa membawa kabel penghubung mixer ke laptop. Jadilah Ghozali kena marah(sebenarnya tidak marah) Ayahnya

“kan tadi udah dibilang dibawa semua”

“Ana ndak tau” jawabnya dengan nada menyesal

Tak lama ia kembali semangat denganmembantu menyiapkan meja untuk ustadz, Aku dan Iksan malu dibuatnya karena Ghozali lebih cekatan menyusun meja bahkan jika dilihat malah kamilah yang justru merepotkannya karena belum tahu cara menyusun mejanya(majanya bisa dibongkar pasang)

Alhamdulillah ada cara alternatif agar kajian ini bisa di sambungkan ke radio yaitu dengan langsung membuat input suara lansung dari Ust ke laptop tanpa melalui mixer dengan bantuan headseat.

Kajian dimulai kami segera duduk untuk menyimaknya dan Ghozali juga anteng(bahasa jawa: tidak ramai dan duduk dengan tenang) mendengarkannya

Lihatlah kawan disaat anak anak seusianya sibuk menonton TV dan mendengarkan musik di sisi yang lain ada anak yang duduk khidmat duduk di majlis ilmu jangankan anak yang seusianya, remaja atau bahkan orang dewasa malah bisa jadi tak bisa sekeren dia. Lihatlah diluar sana di waktu yang sama pula berapa banyak anak muda yang sibuk berhura-hura dengan kemaksiatannya . Sekali lagi Aku telah malu dibuatnya

Selesai kajian kita diberi tutorial lagi dari Pak Jendra dan tentu saja dari Ghozali juga.

Dalam perjalanan pulang dia banyak bercerita tentang negeri-negeri para ulama termasuk madinah kota impiannya

ana udah nabung dari dulu dari gaji radiomuslim juga ana tabung untuk ke madinah”

kenapa antum pengen kesana?”

disana bisa sekalian umroh”

Ust firanda juga di sana kan ya”

he'em iya”

emang kamu udah hafal berapa juz?”

baru satu juz”

Begitulah, rasanya Aku seperti ngobrol dengan teman seumuran bahkan teman yang lebih tua. Kemudian dia juga bercerita tentang serangan Syiah di Dammaj

itulah kenapa ana ndak mau kesana” celotehnya

Jangan dibayangkan dia anak yang serius, disisi lain Ghozali juga enak diajak bercanda

Andai punya anak kayak gini” gumamku

iya ya andai saja” jawab Iksan

Entah seperti apa dia setelah besar nanti jika dari kecil sudah seperti ini mungkin dia akan menjadi seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hehe aamiin

Aku jadi teringat dengan kajian Ust Abdullah Zaen dulu tentang jurus jitu mendidik anak sholeh yang salah satunya adalah untuk mencetak anak yang soleh dibutuhkan orang tua yang soleh juga yang paham tentang ilmu dien ini. Sungguh betapa banyak orang tua yang mendidik anaknya dengan memenjakan si anak dengan berbagai fasilitas yang bisa jadi justru merusak si anak

Selesailah tutorial hari ini. Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita semua untuk menuntut dan mengamalkan ilmu dien yang bersumber dari Al qur'an dan As Sunnah sesuai pemahaman salafusholeh


Tuesday 10 January 2012

Obrolan Dengan Bapak J


Siang ini setelah mengumpulkan tugas take home mata kuliah agama Aku berencana ke maskam karena waktu sudah hampir memasuki dzuhur, Udara begitu terik hari ini dengan sedikt ditambah keluhan karena melihat nilai UTS yang kurang maksimal Aku berjalan dengan malas sekali


Alhamdulillah pas sampai di maskam tepat dikumandangkan adzan dengan agak terburu-buru berjalan ke shaf pertama sebelah kanan. Kemudian datang seorang kakek dengan baju batik sambil membawa tongkat berdiri di sebelahku, kupikir kakek itu sudah tidak mampu menopang tubuhnya seperti kebanyakan kakek kakek seusianya tapi “mas ini masjidnya kan?” tanya beliau, aku heran sekali maskam segede ini kan sudah jelas sekali lalu kuperhatikan tongkat itu sudah ditekuk seperti tongkat portable. Aku baru sadar kalau tongkat putih itu adalah tanda bagi orang yang tunanetra

Aku tidak berbicara sedikit pun dengan kakek itu karena masih terkejut, heran dicampur rasa kagum , banyak pertanyaan yang seketika menyergapku “bagaimana bisa ini itu???”

Selesai shalat aku beranikan untuk ngobrol dengan kakek itu, dengan sedikit perkenalan aku membuka pembicaraan. Bapak J(di inisialkan karena menyangkut privasi) begitulah beliau memperkenalkan diri, beliau ternyata tinggal di Bantul. masya Allah dari Bantul sampai ke Maskam UGM beliau naik bus umum “ah gampang sudah ada caranya kok dengan pendengaran dan perasaan” Begitulah beliau menceritakannya dengan antusias sambil menepuk lenganku.

Hebatnya lagi bapak J ini tidak mau mengalah dengan kondisinya yang tunanetra. hal itu ia buktikan dengan membuka usaha panti pijat di kampungnya sana

“wah bleh minta dipijat nih hehe?” tapi aku sadar kalau tidak bawa uang hehe

Beliau juga berhasil mengantarkan anaknya bekerja di Malaysia , awalnya kupikir dia pasti seorang TKW “ kerja di bidang marketing, kalau mau aku jadikan dia buat kamu” canda beliau hehe bapak bisa aja neeh jadi galau nih Aku

Aku juga sedikit curhat dengan beliau tentang masalahku, dengan semangat beliau memotivasiku dengan memintaku untuk selalu berdoa dan shalat meminta kepada Allah, akhirnya kami saling mendoakan.

Aku masih bingung kenapa beliau repot-repot sampai ke Sleman, subhanallah beliau hanya menjawab untuk menebarkan doa pada orang yang membutuhkan begitulah katanya. Jangan salah ia anti meminta-minta(ngemis) , ditengah obrolan ada orang yang memberinya uang lantas aku tanya “rasanya gimana pak?” beliau menjawab kalau ia merasa biasa saja karena kita pun tak tau darimana Allah memberikan rezeki dan bapak juga tidak berniat untuk meminta-minta lanjut beliau

Setelah obrolan itu kita saling berpamitan. Semangatku yang tadi sempat down kembali terisi dengan energi baru, lihatlah kawan, seorang bapak yang sudah ditinggal istrinya dan dua anaknya ke kehidupan yang abadi dan hanya ditemani satu anak yang sekarang sudah jauh di Malaysiabeliau tetap semangat dalam menatap hidupnya. Lihatlah kawan betapa kekurangan bukanlah untuk diratapi tapi untuk dihadapi .Lihatlah kawan orang yang lebih membutuhkan doa kita justru dia melelahkan diri untuk mendoakan orang lain

Jadi masihkah kita mengeluh? Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan???

Sunday 8 January 2012

Indahnya Sudut Kota Jogja (Pogung KIdul)

Sore ini aku iseng jalan-jalan ke belakang bangunan wismaku, jangan salah walau sudah ngekost hampir 6 bulan tapi sama sekali aku belum pernah menjamah pemandangan dibelakag wisma. Memang sekilas hanya tampak hamparan sawah seperti sawah kebanyakan tapi bedanya sawahnya terletak di sebelah jalan raya yang padat jadi tentu saja tidak menarik pikirku apa lagi ini pogung kidul yang sudah dipenuhi bangunan yang berjubel jadi tidak mungkin ada pemandangan yang menyegarkan mata, tapi weiiitsss

Langkahku berhenti sejenak tepat dibelakang bangunan dua lantai ini dan inilah yang aku lihat


Ternyata ada kolam ternak ikan atau empang yang cukup gede seketika aku hanya bisa menggumam “lhoh ada tho yang kayak gini disini!@#!” . Sapuan angin sore ini begitu sejuk, awan mendung masih menggantung enggan menurunkan hujannya perlahan aku berjalan menyusuri pematang sawah menuju gubuk tempat petani biasa istirahat disitu

Sambil duduk duduk di gubuk itu kurasakan rasa penatku hilang, pusing karena terlalu terfokus pada ujian besok seakan ternetralisir subhanallah .. inilah pemandangan yang cukup indah , gunung merapi enggan menampakkan dirinya karena tertutupi mendung yang tebal ahh mungkin lain kali saat cuaca cerah akan lebih indah lagi


Dan inilah MSG(Masjid Siswa Graha) yang letaknya tepat ditengah jalan raya di utara Fak Tekhnik, setiap ke masjid ini kita selalu melewati hamparan sawah juga

Inilah wisma MTI tampak dari belakang hehe lucu juga ya bangunannya

Pemandangannya indah dan aku sadar kalau tak mungkin aku selamanya di kota pelajar yang penuh kenangan ini, sebelum aku meninggalkan kota ini aku harus bisa mendulang ilmu untuk kubawa di kehidupanku kelak dan secuil mozaik ini tetap akan menjadi bagian tersendiri di kenanganku

Friday 6 January 2012

Ayo Belajar!!!


Hari-hari ulama begitulah kami menyebutnya. Hari-hari menjelang UAS memang saat-saat yang membuat kami sibuk dengan diktat-diktat(fotokopian tentunya) dan belajar semalaman suntuk seperti yang aku alami sekarang

Kadang aku berpikir heran kenapa ada teman yang aku lihat celelekan (sembrono dan cuek) ia sukses dalam setiap ujian, tidak satu atau dua orang yang aku temui, begitu banyak orang yang kelihatan santai (sangat santai) secara dzahir tapi entah kenapa ia selalu melihat kertas ujiannya dengan tanpa ekspresi padahal nilai yang ia dapat begitu bagus “halah biasa wae” begitulah jawabnya setiap aku bertanya bagaimana bisa dia mendapatkan itu

Apakah ada yang salah dengan metode belajarku?ah aku rasa tidak karena setiap orang mempunyai caranya masing-masing. Aku biasa belajar jika sedang mood dengan pelajaran kuliah selebihnya mempelajari hal lain yang lebih aku sukai untuk menghilangkan kepenatan dari teori-teori dengan objek kajian yang sangat abstrak yaitu sastra, jujur saja aku kurang tertarik dengan pelajaran yang identik dengan filsafat ini karena selalu bersinggungan dengan pemahamanku

Hmm mungkin benar kata pepatah jawa witing tresno jalaran soko kulino yaitu kita akan menyukai sesuatu jika kita sudah terbiasa dengannya dan dengan berawal dari suka tentu kita akan tertarik untuk lebih mengetahui lebih dalam

Aku kagum melihat teman kamar sebelah di wisma yang menurut pengakuannya ia tidak menyukai matematika tapi berhubung ia diamanati orang tuanya kuliah di UGM tentu mau tidak mau harus belajar dan belajar DAN ANEHNYA setiap aku berkunjung ke kamarnya (sering) ia hampir tidak pernah menyentuh itu buku buku kalkulus tapi justru ia sibuk dengan kitab kitab agama, mendengar ceramah kajian dari HP bahkan tak jarang ia kutemui sedang menghafal Al Qur'an

Tapi kenapa nilainya bisa melebihi sebagian teman-temannya yang lain? Selidik punya selidik ternyata dia memang mempunyai waktu waktu khusus untuk belajar matematika, masyaAllah jika seperti itu terus hidupnya mungkin suatu hari ia akan menjadi seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

kemudian ada teman yang lebih hebat lagi, jarang sekali aku menemui dia diluar karena saking betahnya ia dikamar, apa yang ia lakukan? Karena penasaran, suatu hari aku sengaja memanggilnya keluar untuk sekedar ngobrol basa basi , sembari ngobrol aku tengok kamarnya, masyaAllah tumpukan buku-buku tebal berserakan disana sini, baru aku tahu selama ini ia begitu giat belajar TAPI ia terlihat santai dan tenang saat diluar seakan tidak ada sesuatu yang baru saja ia kerjakan dengan sungguh-sungguh

Tak hanya itu saja , masih banyak teman-teman wisma yang membuatku tak berhenti mengernyitkan dahi kagum dan minder rasanya menjadi satu kesatuan yang kini merasukiku


Semoga lekas kutemukan passion belajarku