Selalu Jaga Amanat Ilmiah Kawan!!! June 2015 | CORETAN KEHIDUPAN

Friday 26 June 2015

Mungkin

Memang benar bahwa makin dewasa maka tanggungan hidup pun makin kompleks. Masalah yang dihadapi pun kian ruwet saja. Idealisme yang dulu diagungkan pun kerap terbentur dengan kenyataan yang ada.

Buku, Panti Asuhan, Jepang. Mimpi yang menguap, atau hanya sebuah cita-cita yang ssebenarnya ada namun berserakan entah di mana.

Saat ini saya mungkin berada di fase berdiri di tepian pantai. Masih memilih dan menyiapkan kapal yang tepat untuk dilayarkan ke laut. Terkadang saya berpikir di saat pulang dari nglembur, bersepeda menembus malam sembari ngalamun "Dulu lulus SMA khawatir kuliah, udah kuliah khawatir biaya, udah ada biaya khawatir skripsi, udah pencadaran khawatir ga bisa mandiri, udah bisa kerja khawatir jones, udah nembak khawatir ke depannya gimana dst dst dst"

Hidup memang dipenuhi kekhawatiran.

Bapak di rumah menuntut melanjutkan studi ke jenjang S2 lalu jadi dosen, ibu menuntut pekerjaan x dan x yang katanya bergengsi. Selama ini Saya bisa dikatakan mempunyai sifat memberontak. Dari setiap jenjang pendidikan pun orang tua tidak optimis 100% karena senantiasa saya dibandingkan dengan orang lain.

Kenapa harus dosen? Kenapa harus kerja di bidang kantoran?
Alasannya sih karir dan gajinya jelas, pekerjaannya pun tidak beresiko banget. Pokonya kerjaan yang pakai seragam itu punya prestise. Coba lihat si x atau si y itu, kerja kayak mereka.

Wahai orang tua di seluruh dunia, anak kalian tau apa yang terbaik bagi dirinya, cukuplah kalian doakan dan dukung mereka. Ketahuilah bahwa anak kalian mempunyai mimpi untuk membahagiakan kalian, mungkin caranya tidak sesuai dengan yang kalian harapkan, tetapi percayalah mereka ingin menjadi alasan dibalik senyuman kalian

Sudah berkali-kali anakmu ini memilih jalannya sendiri, awalnya kalian keras menentang, namun hati ini tetap sabar dan pada akhirnya kalian pun kini sepakat bahwa hal itu tidak salah. Untuk kali ini, saya mungkin akan melakukannya lagi. mungkin, ya, mungkin.

NOSTALGIA SMP

Beberapa waktu lalu di grup WA, tante Ulfa mengirimkan foto-foto terkini  SPENSA (SMP N 1). Mungkin tata letak dan wajah sekolahku itu kini sudah sangaaaaat berubah. Kesan ekslusif dan mahal sangat terasa di sana :p

Potret yang membawa angin dari masa lalu...

Masih kuingat, Dedi Indra H adalah satu sahabat saya di SD Gayam 1 yang menjadi saksi atas kaki-kaki kecil kami menempuh jarak 2 kiloan untuk mendaftar di SMP harapan orang tua itu. Semua syarat kami kumpulkan sendiri, ndaftar pun juga sendiri, tes juga sendirian. Tapi nasib tidak menghendaki kami untuk bersama

Itulah saat pertama kali saya menangis karena berpisah dengan seorang sahabat

Seperti kata orang, sahabat ada yang datang dan pergi. Kepergian sahabat terbaik pun disambut dengan datangnya kawan-kawan baru yang sampai saat ini insha Allah masih terjaga komunikasinya. Kawan-kawan yang menyebut dirinya bagian dari keluarga Kelas F dengan Watu (batu) sebagai maskotnya.

Di jenjang ini saya menemukan sahabat yang menjadi saksi titik tolak hidup saya. Rian dan Pras, cukup mereka saja, yang mungkin sampai saat ini paling mengetahui kondisi luar dalam saya. Pras adalah role model bagi siswa teladan, sedangkan Rian adalah role modem bagi siswa yang biasa saja :p (sori kalau pada akhirnya koe moco iki dab). Kalau diurutin dari yang paling nice guy maka urutannya Pras-Rian-...-Saya

Karena nostalgia yang baik-baik itu udah biasa...

Berikut kenakalan remaja yang dulu sempat kami cicipi

1. Merusak pintu dan bak di toilet (kelas 7)
Whaaaat, ini benar. Saya salah seorang yang ikut andil dalam aksi perusakan toilet dekat kelas 7F. Entah motivasi apa yang mendorong saya untuk melakukan hal itu, tetapi perasaan senang begitu terasa ketika teman yang lain juga melakukan hal yang sama.

noted: pelaku lain dalam aksi ini tidak saya sebutkan

2. Mencontek tingkat dewa (kelas 7-9)
Rian adalah saksi bisu dan juga korban atas aksi heroik saya ini. Banyak sekali trik yang saya gunakan, prinsipnya taruhlah contekan di tempat yang terbuka namun hanya bisa dilihat dengan cara tertentu. Saya sih salut dengan Rian karena tetap berpegang teguh bahwa mencontek bukanlah jalan yang baik. (padahal kami teman semeja juga)

3. Apa yang dilakukan oleh anak laki-laki bocah yang baru kenal warnet? kami melakukannya (kelas 7)
Racun emamng paling mudah disebarkan melalui orang terdekat

4. SIM? (kelas 9)
Berasa keren banget saat melintasi depan sekolah dengan Satria Fu (kalo parkir nebeng di parkiran rumah orang dan itu pakai bayar). Scenenya begini kira-kira

berangkat pagi-pagi (biar ga ketauan guru) melintas depan sekolah dan mbleyer greeeng saat itulah saya tau teman saya di balik kaca kelas itu sedang misuh-misuh.

5. banyak banget lah

Intinya. Masa terbaik saya ada di masa SMP bukan SMA
Itu aja

Adik saya belum diberi kesempatan untuk bisa masuk ke sekolah ini. Semangat Alvin!

Credit taken by Ulfa