Aku mempunyai seorang teman, dia baru kukenal sehari setelah pengumuman SNMPTN kemarin. Dia adalah Hanif seseorang yang awalnya aku kira sombong karena ia begitu semangat membicarakan tentang prestasi dari dunia tulis-menulisnya.
Ia bercerita pernah mendapatkan juara dua lomba karya ilmiah tingkat provinsi dan banyak karyanya yang telah di publish di berbagai media. “wow” begitulah pikirku saat itu. Sungguh hebat sekali orang ini. Apakah aku iri? Iya aku iri karena di pikiranku ia adalah anak yang sempurna dengan segala kelebihannya sehingga mampu berprestasi
Tapi angan-anganku itu runtuh seketika saat kami saling bertemu untuk pertama kalinya, dia jauh dari apa yang awalnya aku bayangkan bahwa ia anak yang sempurna dengan segala kelebihannya. “subhanallah!” ternyata dia seorang tunarungu
Awalnya memang aku agak kesulitan berkomunikasi dengan dia karena Hanif tidak memakai alat bantu , lalu bagaimana ia berkomunikasi? Dia berkomunikasi dengan dua metode yaitu dengan membaca gerak bibir lawan bicara dan menggunakan tulisan. Saat berkenalan denganku ia menggunakan metode tulisan, memang ini akan terlihat mudah untuk sebagian orang yang menjadi lawan bicaranya tapi beda denganku yang sulit membaca tulisan berukuran normal, jadilah awal perkenalan kita di moderatori oleh Budi. Budi dengan sabar membacakan yang ditulis Hanif dan menuliskan apa yang aku katakan hehe
Saya ingin menjadi seorang editor dan penulis di perusahaan buku!” itulah yang ia ucapkan saat sesi tanya jawab di acara mentoring mahasiswa baru
Saya ingin mendirikan rumah untuk anak anak difabel dimana di rumah itu mereka bisa berkarya” begitulah impiannya saat ia disuruh menceritakan mimpinya pada saat kuliah bahasa inggris
Awalnya aku ingin mengajak Hanif untuk bekerjasama, karena memang mimpi kita tak jauh beda. Aku ingin mendirikan sebuah panti asuhan dan yayasan untuk difabel, tapi sepertinya ia snagat sibuk.
Kami sempat mendaftar UKM Balirung untuk melamar posisi sebagai direksi, Hanif diterima tetapi aku justru mengundurkan diri karena memang kesibukan di wisma dan ma'had sendiri cukup padat. Walaupun kita mempunyai kesibukan yang berbeda tapi tak membuat misi dan mimpi kita berubah karena setiap orang memiliki jalannya sendiri
Salah satu awak forum lingkar pena ini lagi-lagi membuatku terheran-heran karena akhir-akhir ini ia berencana membuat sebuah forum komunikasi difabel tingkat universitas. Memang forum ini belum sepenuhnya didirikan karena masalah data mahasiswa difabel yang sulit didapat
Memang aku melihat orang-orang dengan keterbatasan fisik selalu mendapat gate dari orang lain, dalam artian mereka dekat karena kasihan dengan si difabel. Memang perhatian dan batuan mereka sangat kita butuhkan tapi bantuan yang tuluslah yang kami harapkan, bukan berarti kami ini tidak mau berusaha sendiri
Semoga forum ini segera terbentuk sehingga hak-hak para difabel mampu disuarakan agar mereka tidak merasa disisihkan