Dunia kampus memang selalu menyisakan secawan paradigma yang
hebat dimana disana kita dituntut untuk menjadi civitas akademika yang peka
dengan lingkungan. "makanya ikut organisasi dong?" ucap salah seorang
teman, well bukannya Aku tidak mau tapi jujur saja Aku tidak terlalu suka
berorganisasi hehe banyak yang mengatakan mahasiswa yang tidak ikut organisasi
di cap sebagai mahasiswa kupu-kupu a.k.a kuliah pulang-kuliah pulang wahh
sayang sekali ya padahal kan kupu-kupu itu indah
Honestly, dulu
diawal-awal kuliah Aku sempat mengikuti tes masuk sebuah UKM yang oke Balairung
sebuah badan pers mahasiswa tingkat universitas tapi setelah menimbang dan
menelaah ada baiknya jika sign out aja. setelah Aku out ternyata ada teman yang
ketrima dan satu yang patut Aku syukuri adalah tidak jadi ikut UKM yang
mengorbankan kuliah "IPK bukan segalanya yang penting kemampuan kita dalam
meningkatkan soft skill dengan berorganisasi" kata seorang organisator
holic, oke Aku setuju dengan IPK bukan segalanya tapi apakah soft skill hanya
dilatih dengan berorganisasi??
Aku disini tidak
sendiri banyak teman di wisma dan majlis yang tidak ikut satupun organisasi di
kampus, bukan berarti mereka adalah mahasiswa introvert yang selalu diam saat
kuliah dan setelah selesai langsung pulang untuk tidur atau bermain, sama
sekali tidak bahkan kalau saja organisator itu melihat sisi lain dari kehidupan
kampus di UGM tentu mereka akan menemukan suatu kesibukan mahasiswa yang
akan mencabut argumen tersebut. hal itu jugalah yang sampai membawaku ke sini
setelah bertahun-tahun berkubang di gemerlapnya dunia
Diriwayatkan
dari (Mujahid) : Ibn Umar berkata, “Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam memegang bahuku dan berkata, ‘hiduplah di
dunia ini seakan-akan kamu adalah orang asing atau sebagai pengembara’”.
(perawi lain
hadis ini menambahkan) : Ibn Umar berkata, “jika umurmu mencapai malam hari,
maka jangan menanti pagi hari. dan jika umurmu mencapai pagi hari, maka jangan
menanti malam hari. ambillah (waktu) sehatmu untuk sakitmu dan ambillah (masa)
hidupmu untuk matimu” [HR Bukhari]
Alangkah indahnya
sebagai civitas akademika yang katanya agent of change selain dia sibuk kuliah
juga disibukkan dengan ilmu syar'i? alangkah hebatnya jika selain mempunyai IpK
bagus juga diimbangi dengan kemampuan spiritual yang oke?
Sedikit cerita di ranah pogung...
Pertama kali Aku
menginjakkan kaki di Jogja terasa biasa saja, lain saat Aku dan teman-teman
yang kebetulan satu SMA yang sama bisa dipertemukan diatas keimanan, saat itu
kami tidak saling kenal melainkan ketika mencari kost. aku masih ingat saat itu
masih bulan Ramadhan dan kebetulan saat itu kami berada di Masjid Pofung
Raya(MPR) u ntuk berbuka, ternyata banyak hal yang lebih berkesan daripada
gemerlapnya Jogja. Kampung ini benar-benar nyaman karena mendukung untuk
menuntut ilmu selain itu masyarakatnya pun sangat welcome dengan ikhwan dan
akhwat yang ada disini
Dimana lagi kita
temui masjid yang takmir-takmir dan imam tetapnyanya adalah mahasiswa? hehe
kampung ini sudah seperti kota santri yang cukup untuk membuatmu sibuk selama
satu hari penuh , jadi kalau bisa mengembangkan soft skill di luar kampus yang
notabene langsung bersinggungan langsung dengan masyarakat kenapa harus ikut
organisasi kampus, Aku tidak men-Judge buruk karena mungkin Aku saja yang kurang
menilik kedalamnya tapi melihat beberapa kesibukan mahasiswa aktivis itu Aku
merasakan ada sesuatu yang lain apalagi kalau bukan kura-kura(kuliah rapat-kuliah rapat)
"Kita tidak
selamnya tinggal di Jogja dan selama masih ada kesempatan manfaatkan hal ini
untuk mendulang ilmu sebanyak-banyaknya" kata Bang Jati saat pertemuan
wisma, memang kita tidak akan selamnya 'ngampus' di Jogja jadi apa ruginya
menimba ilmu syar'i dimana hampir setiap harinya ada di sini? "rugi
jika antum keuar dari Jogja tanpa membawa ilmu, minimal antum menguasai ilmu
nahwu" nasihat dari mas Rizki disela-sela agenda baca kitab pagi itu
So apa susahnya kuliah sambil ngaji? ada satu teman yang
selalu memotivasiku disaat jenuh mulai merasuk "antum masih angkatan baru
zan jangan menyesal di kemudian hari"
“Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat
dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya
dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya
dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang
telah dia amalkan dari ilmunya”(HR. At-Tirmizi)
Akan tetapi bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang
penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang
dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam
pikiran maupun jiwanya, yang ini sering menyebabkan dia mengalami keguncangan
dalam hidup dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai
masalah tersebut
“Ada tujuh
golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada
hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang
pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah“ (HR Bukhari dan Muslim)
0 comments:
Post a Comment