
Aku tak tau kenapa...
Padahal, Aku dilahirkan dengan cara yang sama...
(Ayah kenapa Aku berbeda)
Ketika Aku bicara tentang cinta, saat itulah Aku bicara tentang kehampaan. Bukan Aku tak punya rasa untuk menikmati setiap tetesan embun kalbu yang menyentuh hati, sekiranya hati ini selalu tertunduk malu untuk mengakui. Ya kawan Aku terlalu malu untuk mengakui tapi bukan berarti Aku harus membohongi setiap dentingan hati kala terusik oleh kasih dari Rabb yang Maha Lembut
Pandangan itu...
Pandangan yang sudah kerapkali menusukku...
Berkali-kali...
Bukan benci...
Tapi...
Pandangan yang seakan merendahkan, Apa Aku harus berburuk sangka? Tidak, karena dengan pandangan itu mereka bisa tertawa. Mereka tidak tertawa denganku tapi... Ah sudahlah mungkin mereka memang butuh hiburan
Apa yang lucu dariku?
Aku bukan pelawak, juga bukan penghibur
Apa Aku badut?
Tidak, Aku hanya setitik embun
Semilir bayu di semenanjung kalbu
Menunggu lentera yang kian redup
Aku rindu... dengan masa kecilku. Saat dimana diri tak berpikir bagaimana harus hidup sendiri di kemudian hari
Intermezzo...
Istri, masih adakah yang melihat fisik suaminya?
Istri, bagaimana jika sang suami tidak bisa mengendarai sepeda motor?
Istri, bagaimana jika sang suami hanya bisa mengendarai sepeda kayuh?
Istri, bagaimana jika sang suami hanya bisa memandangnya dari dekat?
Istri, bagaimana jika sang suami selalu memintanya membacakan koran dipagi hari untuknya?
Istri,bagaimana jika sang suami selalu menjadi bahan ‘hiburan’ orang lain?
Sanggupkah sang istri menjadi mata bagi sang nakhoda untuk mengayuh biduk yang berlayar?
Sanggupkah sang istri menjadi awak dari sang nakhoda dikala prahara badai mengguncang biduk kecil itu ?
Tapi...
Aku tak se-egois sang nakhoda itu kawan...
Aku tak akan rela jika sang istri berpontang-panting seperti itu
Aku tak akan rela jika sang istri menderita karenanya
Aku tak akan rela jika sang istri berpeluh karenanya
Tapi bagaimana?
Sang senja kini kian menampakkan sang malam
Siapa yang akan menjadi penerang?
Hidayah-Nya tentu akan selalu membuat hati sang embun selalu berpijar
Lalu?
Istri yang shalehahlah yang akan menjadi lentera di kala senja berlalu
Ya kawan, istri yang shalehah
Itulah jawabannya..
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”. - Q.S An Nur ayat 26
Dari Abu Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,“Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita shalehah''(HR. Muslim: 3649,Nasai,Ibnu Majah)
0 comments:
Post a Comment