Selalu Jaga Amanat Ilmiah Kawan!!! Kecil-Kecil Cabe Rawit | CORETAN KEHIDUPAN

Sunday 15 January 2012

Kecil-Kecil Cabe Rawit


Hujan sore ini menemaniku dan Iksan ke masjid Al Hasanah(utara mirota kampus) untuk menemui Pak Jendra yang akan membimbing kita menjadi reporter radiomuslim. Sampai di studio radiomuslim (satu kompleks dengan masjid Al Hasanah) kita sudah disambut Mas Azhar dengan senyum khasnya “yuk masuk?”

Di studio yang tidak terlalu besar tapi sangat nyaman ini hanya ada Mas Azhar yang sedang sibuk merakit komponen kabel yang tak Aku tak tahu untuk apa. Sambil menunggu Pak Jendra iseng aja aku utak atik komputer utama(untuk mengolah input dan output suara) hehe ternyata asik juga nih jadi penyiar

tak lama kemudian ada suara anak kecil “Assalamu'alaykum” sapa anak itu yang kemudian langsung menyalami kami semua masyaAllah anak siapa ini, dari belakang Pak Rajendra muncul barulah kuketahui kalau anak itu anaknya Pak Jendra

Dialah Ghozali, sambil mendengar sedikit tutorial dari Pak Jendra kulihat Ghozali sedang sibuk menggambar di kertas, semula Aku menganggapnya hanya seperti kebanyakan anak kelas 4 SD yang senang bermain dan nonton Naruto

“antum siapa mas?” tanya Ghozali

“Fauzan”

Wew keren juga nih bahasanya, mulai deh ciri khas anak unik ini muncul. Kemudian dengan sigap dia mengutak atik laptop di meja siar, ternyata Ghozali ini selalu menjadi Asisten Ayahnya saat ada tugas lapangan(reporter) rincinya dia itu sebagai teknisi yang membantu Ayahnya untuk masalah komputerisasi dan membantu di unit angkat-angkat barang

“bawa itu semuanya?” perintah Pak Jendra


Selesai tutorial, kita langsung berangkat ke masjid Nurul Jariyah dengan menggunakan mobilnya Pak Jendra, tapi ternyata kita ke Ihya untuk menjemput Ust Afifi, Aku dan Iksan tak menyianiakan kesempatan ke Ihya ini hehe dengan semangat shoping yang menggebu gebu kita memilih milih baju muslim dan celana non isbal yang bagus-bagus tapi sayangnya harga tidak bersahabat dengan anak kost yang tiap pagi makan di pokwe karena tidak mau kecewa akhirnya kita membeli kopiah saja

Dari Ihya kita menuju Nurul Jariyah daerah Jambulsari. Di perjalanan Aku, Iksan dan Ghozali bersenda gurau

“kamu besok mau sekolah dimana?” kataku

“di Madinah” jawabnya semangat

Aku benar-benar heran, ia anak hanya anak kelas 4 SD biasa tapi entah kenapa di pikiranku ia enak diajak ngobrol untuk masalah yang sebenarnya bukan konsumsi anak seumuran dia. Jangan tanya ke dia deh siapa saja ustadz-ustadz yang sudah berkecimpung di dunia dakwah manhaj salaf ini dari yang di Jogja samapi yang di Jakarta dia Tahu dan aku yakin pasti dia juga mengetahui beberapa ulama masyhur di jazirah Arab sana

Lihatlah kawan diaat anak yang lain mengetahui tokoh tokoh jagoan di film kartun si Ghozali ini sudah mengenal dunia dakwah yang cukup bahkan sangat luas untuk ukuran anak seusianya. Apa yang ia bicarakan di sepanjang jalan seperti arah jalan dan tempat-tempat tertentu ia hafal betul


Sampai di Nurul Jariyah kami langsung menyiapkan semua peralatan, dengan sigap Ghozali beraksi di depan laptop layaknya tukang servis. Ternyata ada masalah yang sangat fatal yaitu kita lupa membawa kabel penghubung mixer ke laptop. Jadilah Ghozali kena marah(sebenarnya tidak marah) Ayahnya

“kan tadi udah dibilang dibawa semua”

“Ana ndak tau” jawabnya dengan nada menyesal

Tak lama ia kembali semangat denganmembantu menyiapkan meja untuk ustadz, Aku dan Iksan malu dibuatnya karena Ghozali lebih cekatan menyusun meja bahkan jika dilihat malah kamilah yang justru merepotkannya karena belum tahu cara menyusun mejanya(majanya bisa dibongkar pasang)

Alhamdulillah ada cara alternatif agar kajian ini bisa di sambungkan ke radio yaitu dengan langsung membuat input suara lansung dari Ust ke laptop tanpa melalui mixer dengan bantuan headseat.

Kajian dimulai kami segera duduk untuk menyimaknya dan Ghozali juga anteng(bahasa jawa: tidak ramai dan duduk dengan tenang) mendengarkannya

Lihatlah kawan disaat anak anak seusianya sibuk menonton TV dan mendengarkan musik di sisi yang lain ada anak yang duduk khidmat duduk di majlis ilmu jangankan anak yang seusianya, remaja atau bahkan orang dewasa malah bisa jadi tak bisa sekeren dia. Lihatlah diluar sana di waktu yang sama pula berapa banyak anak muda yang sibuk berhura-hura dengan kemaksiatannya . Sekali lagi Aku telah malu dibuatnya

Selesai kajian kita diberi tutorial lagi dari Pak Jendra dan tentu saja dari Ghozali juga.

Dalam perjalanan pulang dia banyak bercerita tentang negeri-negeri para ulama termasuk madinah kota impiannya

ana udah nabung dari dulu dari gaji radiomuslim juga ana tabung untuk ke madinah”

kenapa antum pengen kesana?”

disana bisa sekalian umroh”

Ust firanda juga di sana kan ya”

he'em iya”

emang kamu udah hafal berapa juz?”

baru satu juz”

Begitulah, rasanya Aku seperti ngobrol dengan teman seumuran bahkan teman yang lebih tua. Kemudian dia juga bercerita tentang serangan Syiah di Dammaj

itulah kenapa ana ndak mau kesana” celotehnya

Jangan dibayangkan dia anak yang serius, disisi lain Ghozali juga enak diajak bercanda

Andai punya anak kayak gini” gumamku

iya ya andai saja” jawab Iksan

Entah seperti apa dia setelah besar nanti jika dari kecil sudah seperti ini mungkin dia akan menjadi seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hehe aamiin

Aku jadi teringat dengan kajian Ust Abdullah Zaen dulu tentang jurus jitu mendidik anak sholeh yang salah satunya adalah untuk mencetak anak yang soleh dibutuhkan orang tua yang soleh juga yang paham tentang ilmu dien ini. Sungguh betapa banyak orang tua yang mendidik anaknya dengan memenjakan si anak dengan berbagai fasilitas yang bisa jadi justru merusak si anak

Selesailah tutorial hari ini. Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita semua untuk menuntut dan mengamalkan ilmu dien yang bersumber dari Al qur'an dan As Sunnah sesuai pemahaman salafusholeh


Related Posts by Categories

0 comments: