Akhirnya wisuda juga, tetapi kenapa aku merasa ada yang kurang ketika perjalanan pulang Jogja-Solo. Sate klathak+ dan tengkleng traktiran selepas wisudaan di kampus pun tidak cukup membuatku puas.
Bapak: "Kenapa?"
Ojan:"Apanya?"
Bapak:"Nggak jadi ya yang katanya mau ngenalin ke bapak ibu?"
Ojan:"Jlebb, lah kok baru diingetin to, Pak?"
Bapak:"Mau muter?"
Ojan:"Udah mau nyampe, ga mungkin lah"
Melupakan sesuatu yang penting bukan satu atau dua kali aku lakukan. Surat undangan wisuda saja aku lupa ngambil, kurang sableng gimana ingatanku ini.
***
Aku selalu ingin bertemu, namun ketika dia Engkau datangkan di depanku entah kenapa aku menjadi tidak bisa berkata apapun, lidahku kelu, sangat kelu untuk sekedar mengucapkan "Hai"
Berapa kali aku melakukan hal ini, dan berapa kali aku selalu menyesal barat di kemudiannya. TK-SD-SMP-SMA pada masing-masing masa aku pernah menyukai seseorang dan selalu berakhir sama. Selesai tanpa ada apapun yang terjadi.
Di belakang aku bisa berbicara lantang, berpura bisa berbicara lepas dengan dia, membahas berbagai topik yang aneh. Tetapi, ketika sudah di depannya aku menjadi orang lain yang berbeda. Jangankan berbicara, sekedar menatap saja sangat berat mendongakkan kepala ini. Ujung-ujungnya aku hanya mendiamkan dia dengan tanpa sadar malah asyik ngobrol dengan teman lain.
Ketika dia mulai menjauh, aku tersadar betapa bodoh dan lemahnya aku ini
Mungkin Allah masih mengunci beberapa fitur skill berbicaraku dengan orang yang aku perjuangkan di dalam doa dan usahaku agar kelak kami bisa lepas berbicara satu sama lain tanpa rasa saling menekan, namun saling menghormati dalam lisan.
Kalo ga bisa berbicara di depannya kenapa tidak pakai teks, sms misalnya?
Sama saja bung. makanya aku nulis ginian di blog
Berdebar rasa
Gilang-gemilang berjuta harapan
Mengawang-awang tanpa daya
Selukis guratan pena di ujung senja
Terukir di sana sebuah nama
Nama yang kuhaturkan pada ujung-ujung malam
Ku takut ini akan menjadi nyata
Ketika tutur tak mampu merangkai kata
Ketika tingkah hanya sekedar melangkah
Ku takut ini hanya akan menjadi sandiwara langit Tuhan
Yang berujung pada akhir kisah yang sama
Diam, tanpa kata, dan berlalu begitu saja
Ya Tuhan
Bagaimana Engkau menyatukan dua insan
Yang lisan mereka saja tidak berucap
21/08/15
0 comments:
Post a Comment