Hari ini 18 Agustus 2015 aku bersama 2999 calon terwisuda menghadiri serangkaian gladi resik untuk acara wisuda pada 2 hari ke depan. Membosankan sih, tetapi perhatianku untungnya tidak buyar ketika ada sesi pembekalan dari para alumni, dan yang ingin aku bahas adalah narasumber fenomenal ini. Arief Setyawan a.k.a Bang Kiming (googling aja)
Ada yang lebih gila dari orang 21 tahun dengan utang 1M? Memulai bisnis dari sesuatu yang antimainstream dan gagal, gagal, gagal, dan sukses di usia menjelang 25
Oke, jika melihat omzetnya sekarang mungkin kita akan berpikir bahwa enak sekali hidup orang ini. Kebanyakan orang selalu menilai hasil, bukan pada prosesnya. Dan inilah beberapa hal yang membuatku sadar bahwa cara kerjaku selama ini memang salah.
Sibuk itu cuma masalah mindset
Kebetulan ada pertanyaan, bagaimana Bang Kiming membagi waktu kuliah dengan bisnis padahal kita tahu keduanya membawa kesibukan yang besar.
Siapa sih yang menentukan taraf kesibukan seseorang? ya orang itu sendiri. Semua orang di dunia ini sibuk, namun sibuknya pengusaha dengan sibuknya pemalas itu beda. Pengusaha harus mengoptimalkan 100% kemampuan dan waktunya secara efisien dengan cara mengubah mindset bahwa saat ini kita sedang tidak sibuk, waktu yang kita punya adalah modal yang harus dioptimalkan
Teori dan kenyataannya
Jujur, aku ingin jadi pengusaha. Bukan karena ikutan sih, cuma aku bukan tipe orang yang suka bekerja dengan situasi formal yang ketat, kerja harus berseragam, sepatunya pantofel, pakai dasi pula, ditambah kerja masih diperintah orang. Aku ingin bekerja kapanpun aku mau, terserah mau pakaian kayak apa, dan kalau bisa kebijakan ada di tangan sendiri meski kedepannya harus tetap butuh pembimbing.
Karena itulah aku cukup nyaman bekerja di tempatku sekarang. Bukan perusahaan besar sih, tapi apa yang aku butuhkan untuk berkembang ada di sini. Memulai belajar berbisnis dari nol, belajar merasakan ketika pasar sedang naik dan turun, dan yang paling aku suka, aku bebas menentukan jam kerja, pakaian, atau pun cara kerja.
Selepas subuh main internet lalu tidur, bangun jam 10 terus mulai kerja, ga mandi pun ga masalah, kontrak kerja 6 jam sehari. Jika aku mengikuti alur ini maka aku tidak akan berkembang. Untuk bisnis berkelas start-up baru yang dijalankan 2 orang dan 1 bos rasanya sulit mencapai target jika waktu dan kemampuanku hanya kukerahkan 6 jam. Sibuk? 6 jam cukup disebut sibuk?
Untung apa yang aku kerjakan cukup sesuai passionku makanya jam kerjaku kadang tidak teratur antara satu hari dengan hari berikutnya malah cenderung terlihat memforsir. inilah kesalahanku. Bang kiming memberi saran, kalian yang menentukan apakah kalian sedang sibuk atau tidak.
Solusinya, buat mindset bahwa kita tidak pernah sibuk, caranya adalah dengan mengatur waktu
Oke, Selepas subuh, main sebentar (ngegame atau apalah), jam 7-8 nyari makan trus mandi jangan lupa dhuha biar rejekinya lancar hehe, 09-12 kerja terus sholat, 13-15 kerja terus sholat, 16-18 kerja terus sholat magrib lanjut makan terus sholat isya, 20-21 nyicil kerjaan, 21-00 tidur, 01-02 ngeblog lanjut sholat, sembari nunggu subuh nyicil kerjaan paling kena 1 jam.
Dari jadwal di atas kuncinya ada di mana?
Kuncinya ada di interval kerja dan kualitas penjedanya. Aku membagi jam kerja menjadi 5 bagian. Bagian pagi, siang, sore adalah jam paling produktif, jam malam dan menjelang subuh adalah jam kerja santai. Penjeda dari masing-masing bagian jam tersebut adalah sholat. Sadarilah men, sekenceng apa juga kita ngejar target kalo kita ga deketin yang nentuin rejeki ya sama aja kita romusha.
Di waktu sholat selalu sediakan waktu untuk berdzikir dan merenung serta berharap. Hal ini cukup berhasil mengembalikan fokus kita
Mindsetku adalah kaya itu bukan masalah seberapa banyak harta, tapi seberapa banyak rasa syukur atas apa yang telah diberikan Allah. Jika sedang diberi sedikit, ya ditambah usaha dan doanya, kalau sedang diberi banyak pun juga ditambah alhamdulillahnya, kan simple
Poin dari postingan ini yaitu, sesibuk apapun kita tetap ingatlah bahwa kita masih di dunia.
Jadilah kaya materi dan kaya hati #salamsugih
bersambung...
0 comments:
Post a Comment