Kemarin Jum'at, 27/8/10 seperti dua hari sebelumnya, gw ngikutin pesantren kilat yang diadakan sekolahan. Jum'at itu adalah hari terakhir dan memang benar-akhir buat kita (anak kelas tiga) mengikuti kegiatan tersebut.
Gw saat itu sedang dengerin ceramah dari mas ustadz (masih muda lho) "jan ntar melayat ya" bisik Dika temen gw yang udah sadar akan kejahiliyahannya hehe J cheers bro. "saoa?"jawab gw singkat" bapaknya pitik " *pitik=ayam-jalu=temen gw" lanjutnya, gw yang masih gak konek cuma bilang "ha?pitik meninggal" dan seketika obrolan berubah jadi monoton hehe
Yup akhirnya setelah pesantren kilat ditutup kita-kita pada melayat kesana. Suara lantunan doa langsung menyapa gw, doa yang bagi gw sangat terdengar menyayat hati. Setelah menyalami beberapa anggota keluarga tuan rumah dan jalu tentunya kita duduk agak lama disana. Gw cuma diem aja mendengarkan lantunan doa-itu.
Sepintas gw kepikiran sama orang tua gw yang ada di rumah, bagaimana seandainya ini terjadi pada gw? Apakah gw bisa setegar si jalu? Pikiran-pikiran itu terus berkecamuk dalam hati gw. Orang tua adalah harta gw yang sangat berharga, walaupun kadang gw selalu marah-marah, ngambek, bahkan pernah nyuekin orang tua gw. Padahal kita sebagai anak, mengeluh sedikit pada orang tua aja sama sekali tidak diperbolehkan sama agama, tapi gw sendiri malah lebih buruk dari itu.
Gw sadar gw telah banyak bersalah sama orang tua, mungkin kalian juga sama kayak gw? Semoga tidak. Gw berpikir ulang sambil menatap kosong pada para pelayat. Bagaimana kalo ini terjadi pada gw? Mungkin gw akan sangat menyesali sikap gw pada orang tua gw
Gw masih ada harapan buat ngebahagiain orang tua gw, gw ingin mereka kelak melihat gw sukses, melihat gw menikah dan memberi mereka seorang cucu. Gw ingin mereka bahagia melihat kebahagian gw dan dari itu semua gw cuma berharap sebuah senyuman bangga kedua orang tua gw sebagai balasan
Gw tau semua yang hidup pasti mati dan pada akhirnya kita semua juga begitu. Tapi apakah kita tau kapan ajal menjemput kita? Tidak, lalu kenapa selalu saja kita menyia-nyiakan waktu. Pada saat maut sudah di ubun-ubun pasti kita akan menyesal "kenapa gw dulu gak shalat, kenapa ortu gak gw bahagiain, kenapa sendi-sendi agama kagak gw kerjain??" itulah kawan. hanya penyesalan yang akan kita dapati. Betapa berharganya waktu untuk kita hidup, lalu kenapa disisa waktu hidup kita ini tidak kita pergunakan dengan sebaik-baiknya.
Gw takut kalau kesempatan minta maaf itu terlambat dan akan menjadi penyesalan selamanya. Gw secepatnya harus menjadi lebih baik dari sekarang , ya benar. Mungkin terlalu larut dalam duka tidak akan menghasilkan apa-apa tanpa kita mencoba memaknai dan mencoba belajar dari hal tersebut.
Gw terbangun dari alam bawah sadar gw, para pelayat diluar masih banyak dan sudah waktunya buat kita untuk berpamitan . gw melihat sosok jalu yang walaupun terlihat tabah tapi gw tau hatinya pilu. "sabar ya lu" kata gw padanya sambil berpamitan pulang. Kini lantunan doa tersebut sayup=sayup terdengar merdu untuk mengantar seorang hamba Allah ke kehidupan selanjutnya
Alhamdulilah betapa banyak pelajaran yang gw dapat dari sini
Semuga amal ibadah almarhum diterima disisi-Nya dan semoga keluarga diberi ketabahan dan keikhlasan .amin
1 comments:
amienn... turut berduka cita y..
sipppp like this...
;)
Post a Comment